YUYURUMPUNG |
CERITA ANTARA WAYANG DAN KETOPRAK :
Pengantar :
"Kadang-kadang kita dikacaukan antara kisah/lakon cerita dalam ketoprak dan pewayangan mengenai tokoh yang satu ini. Daripada bingung langsung saja kita kenali keduanya dalam versi cerita yang berbeda sebagai tambahan pengetahuan...., yang sengaja Penulis petik dari sumber aslinya..."
VERSI CERITA WAYANG PURWA :
YUYURUMPUNG berwujud raksasa berkepala ketam/yuyu. Ia adalah salah satu punggawa kerajaan Alengka yang oleh Prabu Dasamuka ditempatkan di dalam samodra. Yuyurumpung sangat sakti. Ia dapat hidup di dalam air dan darat.
Ketika balatentara wanara/kera laskar Ramawijaya sedang membuat tanggul untuk jembatan penyeberangan angkatan perangnya ke Alengka, Yuyurumpung menggangu pembuatan jembatan itu dengan meruntuhkan dasar tanggul. Akibatnya, berkali-kali wadya wanara membangun tanggul, sekian kali pula tanggul runtuh oleh perbuatan Yuyurumpung.
Apa yang diperbuat oleh Yuyurumpung, akhirnya dapat diketahui oleh kera bernama Pramyjabahu/Kapi Sarpacita yang sedang melakukan penyelidikan. Perang seru terjadi. Prameya yang terdesak, dalam satu kesempatan dapat melilit tubuh Yuyurumpung dengan ekornya dan menariknya ke dataran. Akhirnya Yuyurumpung mati dalam pertempuran dengan kepala hancur.
Sumber Asli : PUSAT DATA WAYANG INDONESIA
Ketika balatentara wanara/kera laskar Ramawijaya sedang membuat tanggul untuk jembatan penyeberangan angkatan perangnya ke Alengka, Yuyurumpung menggangu pembuatan jembatan itu dengan meruntuhkan dasar tanggul. Akibatnya, berkali-kali wadya wanara membangun tanggul, sekian kali pula tanggul runtuh oleh perbuatan Yuyurumpung.
Apa yang diperbuat oleh Yuyurumpung, akhirnya dapat diketahui oleh kera bernama Pramyjabahu/Kapi Sarpacita yang sedang melakukan penyelidikan. Perang seru terjadi. Prameya yang terdesak, dalam satu kesempatan dapat melilit tubuh Yuyurumpung dengan ekornya dan menariknya ke dataran. Akhirnya Yuyurumpung mati dalam pertempuran dengan kepala hancur.
Sumber Asli : PUSAT DATA WAYANG INDONESIA
VERSI KETOPRAK JAWA :
Yuyurumpung adalah penguasa Kapanewon
Kemaguhan, tokoh andalan tamtama Kadipaten Paranggaruda. Yuyurumpung
mempunyai bentuk tubuh kekar dan berwajah seram, serta perilakunya
kasar. Yuyurumpung bila melihat wanita cantik, dalam hatinya masih
ingin memilikinya. Padahal, istri serimya sudah sembilan orang.
Sebagai penguasa di Kemaguhan wilayah
Rembang, Yuyurumpung memerintah dengan tangan besi dan tidak mempunyai
rasa kemanusiaan. Semua lurah di wilayah Kemaguhan tunduk dan patuh
setiap ada tugas dari Yuyurumpung. Semua tugas dijaiani bukan karena
rasa tanggungjawab melainkan karena terpaksa dan takut.
Untuk melaksanakan tugas dariAdipati
Yudapati yaitu mencari seperangkat gamelan yang bisa berbunyi sendiri,
Yuyurumpung mengadakan sidang iurah. Hadir dalam persidangan adalah
hampir semua lurah sewilayah Kapanewon Kemaguhan. Hanya satu orang yang
tidak datang yaitu Kudasuwengi, lurah dari Desa Jembangan. Yuyurumpung
marah. Ketidakhadiran Kudasuwengi ditanyakan kepada yang hadir tetapi
hampir semua tidak tahu, Hanya ada beberapa menjawab Lurah yang pernah
melihat para istri selir Yuyurumpung berada di rumah Kudasuwengi.
Kudasuwengi merupakan lurah yang tampan
dan gagah berani. Ketidakhadiran dalam rapat memang disengaja oleh
Kudasuwengi, setelah mendengar pengaduan para istri Yuyurumpung bahwa
sebenarnya ada maksud yang terselubung dibalik pertemuan tersebut.
Segala sangsi yang diberikan oleh Yuyurumpung akan dihadapi Kudasuwengi
dengan tanpa rasa takut.
Menjelang tengah malam, kediaman
Kudasuwengi dikepung oleh Yuyurumpung serta para pengikutnya. Ki
Singabangsa mendobrak pintu hingga terbuka, kemudian prajurit Kemaguhan
masuk rumah. Terjadilah perkelahian sengit, Kudasuwengi dikeroyok
beramai-ramai. Yuyurumpung memang sangat licik. dengan main keroyok.
Perkelahian yang tidak seimbang ini akhimya Kudasuwengi yang hanya
sendirian dapat ditangkap kemudian diikat erat-erat. Yuyurumpung dengan
leluasa menyiksa Kudasuwengi hingga babak belur. Masih belum puas
menyiksa, Yuyurumpung menyuruh prajuritnya agar Kudasuwengi diseret
dengan kuda.
Tanpa rasa belas kasihan dan sangat
biadab para prajurit selalu mengikuti perintah tuannya. Tubuh
Kudasuwengi yang sudah tidak berdaya dan berlumuran darah itu
dihubungkan dengan tali panjang yang diikatkan pada pangkal ekor yang
kuda. Kemudian, kuda dinaiki Yuyurumpung berlari menyeret tubuh
Kudasuwengi. Kudasuwengi berguling- gulingg sepanjang jalan menahan
rasa sakit. Darah segar mengucur membasahi seluruh tubuhnya.
Melihat peristiwa yang sangat memilukan
ini, istri Kudasuwengi memberitahu saudaranya yaitu Ki Gede
Singanyidra. Dengan isak tangis dan nafas terengah-engah isteri
Kudasuwengi menceritakan semua peristiwa yang menyayat hati. Ki Gede
Singanyidra dengan sangat cepat menyusul untuk menyelamatkan
Kudasuwengi.
Ki Gede Singanyidra dari kejauhan sudah melihat rombongan Yuyurumpung
naik kuda. Ia mempercepat larinya dengan arah memotong jalan. Bagaikan
kilat Singanyidra melompat pedangnya cepat menebas pangkal ekor kuda.
Kudasuwengi jatuh terpisah dengan kuda yang menyeretnya. Singanyidra
dengan cekatan menolong Kudasuwengi ke tempat yang aman.
Kuda yang dirunggangi Yuyurumpung
terhenyak dan lari cepat sambil melonjak-lonjak kesakitan karena pangkal
ekomya putus. Kuda tidak terkendali seperti kerasukan setan, sehingga
Yuyurumpung jatuh terlempar keras dari kudanya. Muka Yuyurumpung
mengelupas dan darah segar memancar keluar akibat kerisnya sendiri yang
menancap pada bola mata sebelah kanan. Yuyurumpung merintih kesakitan
tidak bisa bangun karena kaki kirinya patah.
Singanldra mengamuk membabi buta dengan
pedang saktinya. Para prajurit Kemaguhan mengeroyok Singanyidra namun
usaha tersebut hanya sia-sia. Singanyrdra merupakan tokoh prajurit
andalan Kadipaten Carangsoka yang sangat berpengalaman dan ahli dalam
berperang.
Dalam keadaan luka parah Kudasuwengi
dibawa Singanyidra ke Majasemi untuk dimintakan pengayoman. Tak berapa
lama keluarga Kudasuwengi menyusul mengungsi untuk menghindari amukan
Yuyurumpung membalas dendam. Tempat yang dipilih untuk berlindung adalah Majasemi karena penguasanya adil, bijaksana, dan berwibawa.
Raden Sukmayana penguasa Majasemi tidak
keberatan dan menerima dengan baik kehadiran Kudasuwengi beserta
keluarganya tinggal di Majasemi. Penerimaan ini bukan ikut mencarnpuri
urusan negeri orang, melainkan atas dasar rasa kemanusiaan semata.
Selama Kudasuwengi berada di Majasemi,
Raden Sukmayana bertangungjawab atas keselamatannya. Namun, apabila
sudah sembuh, semua terserah kepada Kudasuwengi. Kembali ke Jembangan
dipersilakan, atau bila ingin tetap tinggal di Majasemi Raden Sukmayana
tidak keberatan.
Sumber Asli : klik di sini
Referensi : .........................