Rabu, 08 Desember 2010
RESI DURNA
CERITA WAYANG SINGKAT :
Ada yang memanggilnya dengan sebutan Pandita Durna. Sebagian lagi bercerita tentang nama Dorna. Tapi sebenarnya dia mengaku bernama Resi Drona. Seorang sakti yang sebagian besar waktu hidupnya digunakan untuk mengajarkan semua ilmu yang dimilikinya. Baik itu ilmu baik ataupun ilmu jahat.
Resi Drona adalah guru sejati, dia bisa mengajarkan banyak ilmu, dari ilmu ksatria menelisik rahasia alam, sampai ilmu kelam milik para jahanam.
Lahir dengan nama Bambang Kumbayana. Dia memberontak karena kehidupan mudanya tak memberinya harapan. Dia terusir oleh kesombongannya. Dia tertipu oleh nafsunya. Dia terbelenggu oleh tanggung jawab cintanya kepada sang anak, Aswatama. Dia terpenjara oleh ganasnya alam Atasangin, juga oleh nikmatnya kehidupan istana Hastinapura. Dia dikhianati oleh sahabatnya, Sucitra. Dia merasa bersalah kepada murid Ekalaya, yang bukan muridnya. Dia kecewa atas dirinya.
Tapi Drona adalah seorang bijak yang mau berbagi dan mengajarkan segala kemarahan, kekecewaan, dan semua kekeliruannya.
Ada empat kejadian yang selalu memberi perubahan dalam dirinya. Saat dirinya diusir oleh ayahnya sendiri dari tanah kelahirannya. Saat dirinya tahu bahwa dia telah menanamkan benih yang membuatnya harus belajar mencintai seorang anak. Saat dia dikhianati seseorang yang selama ini dianggap sahabatnya. Dan saat dia menyadari anaknya, yang menjadi semangat hidupnya selama ini, memilih berpihak pada Kurawa saat perang besar Baratayudha.
Tapi Drona adalah seorang bijak yang mau berbagi dan mengajarkan segala perubahan-perubahan dalam dirinya.
Bima mungkin tak pernah tahu bahwa ilmu sejati yang dimilikinya adalah juga buah dari kerasnya Drona dalam mendidiknya dan membiarkannya ditempa segala kepedihan. Seperti juga Arjuna yang bisa jadi tak pernah tahu bagaimana dia bisa menimba ilmu pada belasan resi dan memiliki belasan pusaka, adalah juga buah dari petunjuk dan segala 'tipuan' Drona.
Dan dari semua apa yang telah dilakukannya, Drona membiarkan semua orang menghujat dirinya…
Sumber :http://pitoyo.com
VERSI LAIN :
Siapa yang tidak kenal tokoh satu ini, tokoh wayang yang berperan sebagai antagonis dalam cerita Mahabarata. Perannya begitu sentral dan penting menjadikan tokoh ini terkenal di dalam dunia perwayangan. Dalam cerita mahabarata Pandhita Drona/ Durna ini sepak terjangnya tidak dapat di sepelekan sama sekali.
Pendhita Durna merupakan pandhita di Sokalima, guru dari putra-putra raja Astina, baik Kurawa maupun Pandhawa. Kesaktiannya tidak kalah dengan Resi Bisma sehingga wajar kalau Pandhita Durna dipilih sebagai guru olah kanuragan di Astina.
Ketika kita berbicara tentang wayang terlebih kisah Mahabarata, tentu saja tidak akan lepas dari adanya beberapa versi yang tercipta. Versi asli mahabarata itu sendiri dari India. Sedang yang lainnya itu versi-versi yang sudah di bumbui dengan kearifan-kearifan lokal sehingga tercipta tokoh dan cerita yang baru yang sebelumnya tidak ada dalamversi aslinya.
Pandhita durna dalam versi jawa di gambarkan sebagai seorang pendhita yang tidak baik, sedang di India tokoh drona ini di hormati. meskipun begitu tidak begitu mengubah banyak cerita dalam alur mainstream-nya.
Seorang Pendhita atau seorang pemuka agama/guru agama/guru secara umum merupakan seorang yang harusnya bisa menjadi panutan murid-muridnya. Seseorang guru yang bisa menuntun anak-anak didiknya bahkan secaranalar menjadi panutan masyarakat sekitarnya untuk bisa menjadi lebih baik.
Tetapi dengan mengutus Bima untuk mencari air Perwita Sari yang kata guru Durna merupakan air sumber kehidupan - yang sebenarnya itu tidak ada - bahkan dengan mengutus Bima tersebut Durna bermaksud mencelakakan Bima. Bima sebagai murid ya manut saja karena memang tugas murid itu mematuhi perintah maupun apa yang diajarkan oleh gurunya. Apakah itu yang dinamakan guru yang baik, guru yang mencelakakan muridnya sendiri?
Keserakahan Durna terhadap dunia begitu menggila sehingga dia sudah tidak bisa melihat siapa yang benar dan salah. Keberpihakan Durna terhadap Kurawa dalam perang dahsyat Baratayudha merupakan salah satu keslahannya. Dalam crita versi jawa, sebenarnya Durna itu tahu kalau sebenarnya yang pantas di bela adalah Pandhawa tetapi dia lebih memilih Kurawa yang telah memberikan dia kehormatan dan jabatan sehingga dia bisa hidup makmur. Jadi antara lahir dan batinya tidak terjadi keselarasan,tidak sejalan. Dan akhirnya dia lebih memilih dunia yang telah memeberikannya kebahagiaan yang fana.
Akhirnya dia menemui ajalnya ditangan Maha Senapati Drestajumna dari pihak Pandhawa.
Dan sekarang, ketika melihat tokoh Pandhita Durna maka ternyata pandhita Durna itu benar-benar ada di alam nyata sekarang ini. Banyak Pemuka agama yang rela menjual kata-kata manisnya dengan di selipi kata-kata dari kitab suci yang kadang-kadang membuat saya muak-apalagi dalam konteks kampanye, dan kadang-kadang membuat saya bertanya-tanya dan meragukan mereka. Apakah ini Pandhita Durna apa bukan. Orang-orang macam itu yang membuat agama menjadi garing dan memuakan.
Sekali lagi nobody perfect, begitu pula Pendhita Durna. Semua orang butuh makan dan orang harus menghormati kepada siapa yang menggaji kita, yang memberikan upah, yang memberi makan kita, bos kita. Selama bisa memeberi makan kita kenapa ngga ikut, bahkan membungkuk-bungkuk dan sedikit memeberikan dukungan kepada mereka ok2 saja lah. Dengan sedikit kata-kata manis dengan diselipi kata-kata dari kitab suci kepada publik sehingga majikan sebagai pejabat tetap dapat dipercaya publik. Publik mana yang tidak memepercayai kata-kata seorang pandhita. Kecuali kalo ketahuan itu “Pandhita Durna”
Sumber :http://blog.its.ac.id