Selasa, 21 Desember 2010

SI - "TENDANGAN TANPA BAYANGAN"



LEGENDARIS :

Ayok poro konco sing podho seneng ndelok pilem'me Kungfu Master, sing bintang'e jenenge Jet-Li dadi pemerane tokoh :

WONG FEI-HUNG
Kesabaran Penolong Para Tertindas

Wong Fei-Hung yang lahir pada 1847 di Kwantung (Guandong) berasal dari keluarga muslim yang dikenal ahli dalam ilmu pengobatan dan beladiri tradisional Tiongkok (wushu). Ayahnya, Wong Kay-Ying adalah tabib dan pemilik klinik pengobatan bernama Po Chi Lam di Canton (ibukota Guandong), serta menguasai wushu tingkat tinggi yang membuatnya terkenal sebagai salah seorang dari Sepuluh Macan Kwantung.

Kombinasi ilmu pengobatan Tiongkok tradisional dan teknik beladiri yang berpadu dengan olah keluhuran budi membuat keluarga Wong banyak turun tangan membantu orang-orang lemah dan tertindas pada masa itu. Banyak diantara pasiennya yang meminta bantuan pengobatan berasal dari kalangan miskin tetapi mereka tetap membantu dengan sungguh-sungguh. Selain itu, secara diam-diam keluarga Wong juga turut aktif dalam gerakan bawah tanah melawan pemerintahan Dinasti Ch’ing yang korup dan menindas rakyat.

Wong Fei-Hung mulai mengasah bakat beladirinya sejak perjumpaannya dengan guru ayahnya bernama Luk Ah-Choi yang kemudian mengajarinya dasar-dasar jurus Hung Gar. Jurus ini ditemukan, dikembangkan dan menjadi andalan Hung Hei-Kwun, kakak seperguruan Luk Ah-Choi. Hung Hei-Kwun adalah pendekar dari Shaolin yang lolos dari peristiwa pembakaran dan pembantaian oleh pemerintah pendudukan Manchuria (Dinasti Ch’ing) pada 1734. Dengan kepemimpinan Hung Hei-Kwun inilah, para pejuang pemberontak hampir mengalahkan dinasti penjajah jika saja pemerintah tidak meminta bantuan pasukan-pasukan bersenjata bangsa asing (Rusia, Inggris, Jepang).

Wong Fei-Hung kemudian meneruskan belajarnya pada ayahnya sendiri hingga kemudian pada awal usia 20-an tahun, ia telah menjadi ahli pengobatan dan beladiri terkemuka. Bahkan ia berhasil mengembangkannya menjadi lebih maju. Kemampuan beladirinya semakin sulit ditandingi ketika ia berhasil membuat jurus baru yang sangat taktis namun efisien yang dinamakan cakar macan dan pukulan khusus sembilan. Selain dengan tangan kosong, ia juga mahir menggunakan bermacam-macam senjata. Masyarakat setempat pernah menyaksikan bagaimana ia seorang diri dengan hanya bersenjatakan tongkat (toya) berhasil mengalahkan 30 orang jagoan pelabuhan berbadan kekar dan kejam di Canton yang mengeroyoknya karena ia mau membela rakyat kecil yang akan mereka peras.

Dalam awal kehidupan berkeluarganya, Tuhan mengujinya dengan berbagai cobaan. Seorang anaknya terbunuh dalam suatu insiden. Wong Fei-Hung tiga kali menikah karena istri-istrinya meninggal dalam usia pendek, lalu ia memutuskan untuk hidup sendiri sampai kemudian ia bertemu dengan pasangan hidupnya yang terakhir bernama Mok Gwai Lan, seorang perempuan muda yang kebetulan juga sangat ahli beladiri. Mok Gwai Lan pun turut mengajar beladiri pada kelas perempuan di perguruan suaminya. Pada 1924 Wong Fei-Hung meninggal.

Wong Fei Hung yang juga terkenal dengan nama Huang Fei-hong adalah seorang di antara para pahlawan rakyat yang paling diagungkan dalam kebudayaan Tiongkok selatan. Karena ketenarannya, maka figur Wong diabadikan ke dalam beberapa serial novel dan lebih dari 100 serial film utama bersambung. Walaupun demikian, hanya sedikit orang yang mengetahui latar belakang kehidupan pribadi Fei-hung ini, selebihnya orang mengenal Fei-hung sebagai ahli kungfu, tabib, filsuf, dan penegak keadilan yang telah terukir dalam perfilman Hongkong dan dunia seni bela diri.

Sejarah Fei-hung

Ayah Fei-hung, Wong Kai-ying terkenal sebagai salah satu dari "Sepuluh Harimau Kanton." Menurut Bey Logan dalam bukunya yang berjudul, Hongkong Action Cinema, "semua pria ini adalah kelompok pahlawan yang hidup dengan kitab undang-undang kehormatan." Kai-ying mempelajari kungfu Hung Kuen atau Hung Gar dari guru Luk Ah-choy. Kungfu Hung Kuen, juga mempelajari pengobatan Tiongkok dan seni bela diri yang sering dianggap sebagai keturunan langsung dari kungfu Shaolin tradisional.
Dalam kungfu Tiongkok, garis silsilah seni bela diri hampir setara pentingnya dengan garis silsilah sebuah keluarga. Mengajarkan beberapa teknik kungfu dari sifu (guru) kepada beberapa siswa sangat berat karena begitu banyaknya bentuk dan teknik yang secara luas yang digunakan hari ini sering dapat dilacak kembali ke satu bilangan. Hal seperti itu biasanya untuk teknik "Tinju Selatan" yang menjadi dasar dari gaya kungfu Hung Kuen Fei-hung.

Fei-hung lahir di desa Xiqiao dalam provinsi Kanton pada tahun 1847. Menurut satu catatan sejarah, ayahnya tidak ingin mengajari Fei-hung seni bela diri, karena takut nanti akan membahayakan jiwa anaknya tersebut. Karena masih adanya keinginan untuk belajar, maka Fei-hung mempelajarinya melalui guru ayahnya, Ah Coy. Pada masa remajanya, Fei-hung terkenal memperagakan kungfu di jalanan untuk mendapatkan uang. Saat usianya menanjak dewasa, dia mengambil tanggung jawab sebagai instruktur seni bela diri terhadap Resimen kelima tentara Kanton sama baiknya dengan Guangzhou Civilian Militia. Dia kemudian sedikit terlibat dengan pemerintahan setempat setelah melatih dua orang jenderal dan menjadi asisten gubernur provinsi Fujian.

Sebagian besar kekacauan politik disekitar Fei-hung di mana saat itu warga Fujian meminta Gubernur Tang Jinsong dipilih sebagai pemimpin pemerintahan demokrasi baru sedangkan Fei-hung akan menjadi panglima tertinggi. Kerusuhan ini diredakan oleh ribuan pasukan pemerintah yang dipimpin oleh Li Hongzhang. Tak ada yang perlu dikatakan lagi, hal tersebut menyebabkan berakhirnya karir politik Fei-hung , di mana dia dan Tang akhirnya melarikan diri ke Kanton. Di sana, fei-hung membuka sebuah toko obat yang diberi nama "Bo Chi Lam" dan menghasilkan keuntungan yang sedikit.

VERSI BLOG LAIN :

Dia menikah beberapa kali dan mengalami penderitaan akibat kematian yang terjadi di dalam keluarganya sendiri disebabkan oleh penyakit. Istri terakhirnya ialah, Mok Kwei Lan, pada saat dinikahinya, masih berusia remaja. Fei-hung hidup sampai usia 77 tahun di mana dia meninggal pada tahun 1924.
Sebagai seorang seniman ilmu bela diri, Fei-hung terkenal akan keterampilan ilmu bela diri Hung Kuen. Dia menguasai beberapa jenis seni bela diri tinju. Tidak hanya cukup sampai di situ, Fei-hung juga unggul dalam seni tradisional Tiongkok Selatan, Tarian Singa. Di dalam Kanton sendiri, Fei-hung terkenal sebagai, " Raja Singa."

KUTIPAN DARI SUMBER LAINNYA :

Wong Fei Hung, Ulama Jagoan dari Guandong

Selama ini kita hanya mengenal Wong Fei Hung sebagai jagoan Kung fu dalam film "Once Upon A Time in China". Dalam film itu, karakter Wong Fei Hung diperankan oleh aktor terkenal Hong Kong, Jet Li. Namun siapakah sebenarnya Wong Fei Hung?

Wong Fei Hung adalah seorang ulama, ahli pengobatan, dan ahli beladiri legendaris yang namanya ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional China oleh pemerintah China. Namun Pemerintah China sering berupaya mengaburkan jatidiri Wong Fei Hung sebagai seorang muslim demi menjaga supremasi kekuasaan komunis di China.

Wong Fei-Hung dilahirkan pada tahun 1847 di Kwantung (Guandong) dari keluarga muslim yang taat. Nama Fei pada Wong Fei Hung merupakan dialek Canton untuk menyebut nama Arab, Fais. Sementara Nama Hung juga merupakan dialek Kanton untuk menyebut nama Arab, Hussein. Jadi, bila di-bahasa-arab-kan, namanya ialah Faisal Hussein Wong.

Ayahnya, Wong Kay-Ying adalah seorang Ulama, dan tabib ahli ilmu pengobatan tradisional, serta ahli beladiri tradisional Tiongkok (wushu/kungfu). Ayahnya memiliki sebuah klinik pengobatan bernama Po Chi Lam di Canton (ibukota Guandong).

Wong Kay-Ying merupakan seorang ulama yang menguasai ilmu wushu tingkat tinggi. Ketinggian ilmu beladiri Wong Kay-Ying membuatnya dikenal sebagai salah satu dari Sepuluh Macan Kwantung. Posisi Macan Kwantung ini di kemudian hari diwariskannya kepada Wong Fei Hung.

Kombinasi antara pengetahuan ilmu pengobatan tradisional dan teknik beladiri serta ditunjang oleh keluhuran budi pekerti sebagai Muslim membuat keluarga Wong sering turun tangan membantu orang-orang lemah dan tertindas pada masa itu. Karena itulah masyarakat Kwantung sangat menghormati dan mengidolakan Keluarga Wong.

Pasien klinik keluarga Wong yang meminta bantuan pengobatan umumnya berasal dari kalangan miskin yang tidak mampu membayar biaya pengobatan. Walau begitu, Keluarga Wong tetap membantu setiap pasien yang datang dengan sungguh-sungguh. Keluarga Wong tidak pernah pandang bulu dalam membantu, tanpa memedulikan suku, ras, agama, semua dibantu tanpa pamrih.

Secara rahasia, keluarga Wong terlibat aktif dalam gerakan bawah tanah melawan pemerintahan Dinasti Ch’in yang korup dan penindas. Dinasti Ch’in ialah Dinasti yang merubuhkan kekuasaan Dinasti Yuan yang memerintah sebelumnya. Dinasti Yuan ini dikenal sebagai satu-satunya Dinasti Kaisar Cina yang anggota keluarganya banyak yang memeluk agama Islam.

Wong Fei-Hung mulai mengasah bakat beladirinya sejak berguru kepada Luk Ah-Choi yang juga pernah menjadi guru ayahnya. Luk Ah-Choi inilah yang kemudian mengajarinya dasar-dasar jurus Hung Gar yang membuat Fei Hung sukses melahirkan jurus "Tendangan Tanpa Bayangan" yang legendaris.

Dasar-dasar jurus Hung Gar ditemukan, dikembangkan dan merupakan andalan dari Hung Hei-Kwun, kakak seperguruan Luk Ah-Choi. Hung Hei-Kwun adalah seorang pendekar Shaolin yang lolos dari peristiwa pembakaran dan pembantaian oleh pemerintahan Dinasti Ch’in pada 1734.

Hung Hei-Kwun ini adalah pemimpin pemberontakan bersejarah yang hampir mengalahkan dinasti penjajah Ch’in yang datang dari Manchuria (sekarang kita mengenalnya sebagai Korea). Jika saja pemerintah Ch’in tidak meminta bantuan pasukan-pasukan bersenjata bangsa asing (Rusia, Inggris, Jepang), pemberontakan pimpinan Hung Hei-Kwun itu niscaya akan berhasil mengusir pendudukan Dinasti Ch’in.

Setelah berguru kepada Luk Ah-Choi, Wong Fei-Hung kemudian berguru pada ayahnya sendiri hingga pada awal usia 20-an tahun, ia telah menjadi ahli pengobatan dan beladiri terkemuka. Bahkan ia berhasil mengembangkannya menjadi lebih maju.

Kemampuan beladirinya semakin sulit ditandingi ketika ia berhasil membuat jurus baru yang sangat taktis namun efisien yang dinamakan jurus "Cakar Macan" dan jurus "Sembilan Pukulan Khusus".

Selain dengan tangan kosong, Wong Fei-Hung juga mahir menggunakan bermacam-macam senjata. Masyarakat Canton pernah menyaksikan langsung dengan mata kepala mereka sendiri bagaimana ia seorang diri dengan hanya memegang tongkat berhasil menghajar lebih dari 30 orang jagoan pelabuhan berbadan kekar dan kejam di Canton yang mengeroyoknya karena ia membela rakyat miskin yang akan mereka peras.

Dalam kehidupan keluarga, Allah banyak mengujinya dengan berbagai cobaan. Seorang anaknya terbunuh dalam suatu insiden perkelahian dengan mafia Canton. Wong Fei-Hung tiga kali menikah karena istri-istrinya meninggal dalam usia pendek.

Setelah istri ketiganya wafat, Wong Fei-Hung memutuskan untuk hidup sendiri sampai kemudian ia bertemu dengan Mok Gwai Lan, seorang perempuan muda yang kebetulan juga ahli beladiri. Mok Gwai Lan turut mengajar beladiri pada kelas khusus perempuan di perguruan suaminya. Mok Gwai Lan ini kemudian menjadi pasangan hidupnya hingga akhir hayat.

Pada 1924 Wong Fei-Hung meninggal dalam usia 77 tahun. Masyarakat Cina, khususnya di Kwantung dan Canton mengenangnya sebagai pahlawan pembela kaum mustad’afin (tertindas) yang tidak pernah gentar membela kehormatan mereka. Siapapun dan berapapun jumlah orang yang menindas orang miskin, akan dilawannya dengan segenap kekuatan dan keberanian yang dimilikinya.

Wong Fei-Hung wafat dengan meninggalkan nama harum yang membuatnya dikenal sebagai manusia yang hidup mulia, salah satu pilihan hidup yang diberikan Allah kepada seorang muslim selain mati Syahid.

Semoga segala amal ibadahnya diterima di sisi Allah Swt dan semoga segala kebaikannya menjadi teladan bagi kita, generasi muslim yang hidup setelahnya.


sumber : http://www.jaist.ac.jp
Artikel Terkait : http://sahabatsilat.com
http://id.wikipedia.org
http://www.wongfeihung.com
http://clubbing.kapanlagi.com
http://www.tribunnews.com