Sabtu, 05 Februari 2011

TUKANG BECAK


Laporan Wartawan Swasta Kang Petruk :

Bondo siji-sijine...
Uwis ketinggalan jaman pisan...
Ora isok banter...
Soale nggawe tenaga sikil...

Orah warek wethenge...
Yoo.. ora kuat mancal becak'e..
Opo maneh uwis kenthek'an lahan...
Ora isok nggowo penumpang sing omah'e adoh...
Amergo uwis dibatesi trayek'e ambek negoro...

Sedino oleh akeh...
Rong minggu cangkeme mrengut koyok nyambek...
Tapi, semangate tetep'ae ora isok luntur...
Lha mung iki wae siji-sijine sing isok digawe golek duit...

Ora perduli ambek kemajuane jaman..
Sing penting anak-bojo isok mangan...
Ora perduli turu sak panggon-panggon...
Sing penting engkok moleh isok nggowo sangon...

Ora adus...
Ora ke-urus...
Dekil, mbolot, campur lemah...
Ditambah kebal-kebule rokok nang pucuk lambene...

Kadang geguyonan sak koncone...
Kadang siok serius ambek ngeplek'no domino...
Kadang onok sing rajin urek-urek buku'ne... (Lha wong seneng togel)
Kadang akeh sing podo meringis kecut...

Nglirik kono-kene golek penumpang...
Ora onok sing moro...
Nguber andhe-andekan angkot sing ngedukno penumpang..
Lha kok sing mudhun uwis onok sing mapak (njemput)...

Kapan ...?
Kapan ...?
Urip isok sejahtera ...
Geremengane bathine para tukang becak sak tanah Jawa kabeh...

TRUE STORY CAN YOUR READ UNDER PAGE HERE :
(Kang Petruk kementhus nggawe bahasa Inggris barang....)


SUSAHNYA HIDUP SEBAGAI TUKANG BECAK :

“Gali Lubang Tutup Lubang” Untuk Mencukupi Kebutuhan
"Sementara jadi tukang becak ya banyak susahnya, senangnya bisa kumpul-kumpul dengan banyak teman, susahnya kalau waktu (menarik) sepi, BBM mahal, pendapatan turun, apalagi sekarang alat komunikasi HP dan sepeda motor sudah banyak, penghasilan tukang becak berkurang.”

Demikian penuturan Taufiq, salah seorang tukang becak yang biasa mangkal di kawasan Perum Griya Indah Jombang.

Pria yang sudah berprofesi sebagai pengayuh becak sejak tahun 1987 ini mengungkapkan, kemajuan teknologi membawa perubahan drastis dalam tata kehidupan manusia. Akses informasi mudah di dapat dan komunikasi mudah dilakukan. Saat ini kemajuan teknologi dan trend di masyarakat telah menciptakan gaya hidup yang serba canggih.

Berbagai inovasi teknologi yang berkembang pesat pada saat ini, secara perlahan membawa dampak bagi para pengayuh becak. Pendapatan abang becak berangsur-angsur surut lantaran minimnya masyarakat yang mempergunakan jasa para pengayuh becak. Penghasilan dari mengayuh becak tak lagi menjanjikan, karena rata-rata pendapatan mereka setiap harinya hanya berkisar Rp. 3.000,- hingga Rp. 5.000,- saja. "Sepinya bukan hanya disini, dimana-mana tempat kondisinya hampir sama,” ungkap pria berputra 2 ini.

Meski hidup dalam penghasilan yang tidak pasti, para tukang becak tetap memilih bertahan dengan profesinya sekarang. Pasalnya untuk menggeluti bidang pekerjaan lain situasinya tidak memungkinkan.

Menurut Taufiq, para tukang becak sedang dalam kondisi yang serba sulit. Lapangan kerja sulit didapat sementara kebutuhan hidup keluarga setiap harinya harus tetap terjaga. Namun, susahnya hidup sebagai pengayuh becak tidak lantas menjadi penyesalan yang berkepanjangan.

Menyiasati minimnya penghasilan dari jasa mengayuh becak, ketua Paguyuban Becak Jombang (PABEJO) ini rela melakukan pekerjaan serabutan di luar profesinya agar mampu mencukupi kebutuhan keluarga. Taufiq mengaku, dirinya seringkali dimintai bantuan tetangga untuk memperbaiki selokan, mengecat rumah dan memperbaiki kerusakan rumah tetangga untuk menambah penghasilan. Selain itu, Taufiq juga memberikan jasa antar jemput beberapa anak sekolah. Dari jasa antar jemput 5 anak sekolah tersebut, ia mendapatkan penghasilan sebanyak Rp. 200 ribu,- setiap bulannya. “Kadang ya disuruh membenahi selokan, ngecat, ya pokoknya pekerjaan apa saja yang penting bisa menambah penghasilan,” tutur Taufiq.

Sebagai tukang becak, penghasilan Taufiq kerap tidak menentu. Tidak jarang, dirinya melakukan tambal sulam agar ekonomi keluarganya dapat tercukupi. Khusus untuk pendidikan dua orang anaknya, Taufik mengaku bersyukur karena masih bisa menyekolahkan anak-anaknya. “Biasanya sih gali lubang tutup lubang, cari pinjaman dulu, kadang-kadang ya kita pinjam ke koperasinya PABEJO,” ungkap dia.

Bagi Taufiq, perkembangan zaman dan pesatnya perkembangan teknologi tidak bisa dielakkan. Merosotnya penghasilan tukang becak karena kemajuan teknologi bukan menjadi alasan utama untuk meninggalkan profesi yang sudah di gelutinya selama puluhan tahun ini. Ia akan tetap mempertahankan becaknya selama belum ada pekerjaan lain yang ia dapatkan. Baginya, becak adalah sumber ekonomi keluarga dan kelanjutan pendidikan 2 anaknya.

Sumber : Click here