Kamis, 28 Juli 2011

SILUMAN SUNGAI ULAR


Pada 1970 hingga 1980-an, komik buatan komikus lokal Man yang menceritakan tentang pendekar silat bernama Mandala cukup populer di kalangan penggemar komik di Indonesia. Malah popularitasnya membuat komik itu pernah diangkat ke layar lebar yaitu film yang dibintangi Barry Prima dan Advent Bangun pada dekade 1980-an. Nah, Indosiar menghadirkan kisah Mandala dalam bentuk sinetron untuk Anda.
Wiraguna tegang mondar mandir gelisah menunggu Sumiati, istrinya mau melahirkan. Wiraguna kaget Nyi Mripat Koco mengatakan istrinya mengandung anak kembar, tapi salah satunya bukan manusia. Sumiati menangis putus asa mendengar salah satu anak kembarnya adalah jelmaan iblis. Nyi Mripat Koco menghibur keduanya agar tidak perlu khawatir sebab ia yang akan mengusir anak iblis itu.
Nyi Mripat Koco membaca mantera sementara Sumiati mengerang kesakitan. Kilat menyambar diiringi suara tangis bayi lahir. Disusul suara tangis bayi kedua. Nyi Mripat Koco menyerahkan bayi kedua pada Sumiati, sedangkan bayi pertama yang iblis ia ambil untuk dibuang. Wiraguna marah melarang bayinya dibuang. Nyi Mripat Koco tidak peduli terus lari keluar. Wiraguna mengejar hendak merebut bayinya namun Nyi Mripat Koco melancarkan pukulan. Terjadi perkelahian dan Wiraguna pingsan kena pukulan dukun beranak itu.
Nyi Mripat Koco membawa bayi itu ke pinggir sungai. Ia tertawa sampai mengatakan Wiraguna dan istrinya bodoh. Bayi kembar pertama setelah dikandung selama 13 bulan lebih 13 hari adalah bayin istimwa. Bayi itu kelak akan menjadi raja Tanah Jawa. Nyi Mripat Koco meletakkan keranjang itu di atas sungai. Sudah menjadi syaratnya bayi itu harus dubuang lebih dulu sampai ada orang yang menemukan dan mengangkatnya sebagai anak. Setelah berusia 10 tahun, ia akan datang menjemputnya.
Bayi itu ditemukan oleh Kublai yangsedang menjala ikan. Bayi itu ia bawa pulang. Istrinya, Ni Rai sangat senang karena mereka memang tidak punya anak. Mereka mengangkat bayi itu sebagai anak dan diberi nama Banyu Jogo karena bayi itu ditemukan di sungai Jogo.
Sepuluh tahun telah berlalu, Ni Nara Sari, sang Ratu Siluman Ular memerintahkan Nyi Mripat Koco untuk menjemput Banyu Jogo sang calon penguasa Tanah Jawa. Maka pergilah Nyi Mripat Koco melaksanakan perintah sang Ratu Siluman Ular itu. Sementara itu, Wiraguna menceritakan pada Mandala, putranya bahwa Mandala punya saudara kembar yang mirip dengannya.
Ketika Banyu Jogo sedang bermain, tiba-tiba datang sekelompok untuk merebut Banyu Jogo. Ni Rai marah, terjadi pertempuran seru. Nyi Mripat Koco berhasil merebut Banyu Jogo dan membawanya kabur ke dalam sungai Jogo. Kublai menemukan istrinya terluka di pinggir sungai. Ni Rai memberitahu Kublai bahwa Banyu Jogo diculik Nyi Mripat Koco.
Wiraguna sedang melatih kanuragan para pemuda desanya untuk menentang penjajah, ditangkap dan dijatuhi hukuman gantung di alun-alun oleh Kompeni Belanda. Mandala melihat bapaknya digantung dan ibunya mati dibunuh Bendo Abang, kaki tangan Demang Prakoso si penjilat Kompeni. Mandala kemudian diasuh kakeknya, Ki Suto. Ki Suto lalu mengembleng cucunya dengan ilmu silat dengan harapan Mandala bisa menjadi pendekar yang menentang penjajah Belanda dan memusnahkan pengkhianat bangsa.
Sementara itu, Banyu Jogo dicuci otak oleh Ni Nara Sati si Ratu Siluman Ular sehingga tidak ingat lagi asal usulnya. Bertahun-tahun ia menjadi pangeran kerajaan Siluman Ular. Sementara itu, orang tua angkatnya, Kublai dan Ni Rai menciptakan golok sakti dengan harapan dapat digunakan untuk menembus kerajaan Siluman Ular dan bisa merebut kembali Banyu Jogo. Namun saking hebatnya golok sakti itu sehingga seolah-olah berjiwa dan haus darah, Kublai dan Ni Rai malah tewas saling membunuh. Sejak itu, golok itu dikenal sebagai Golok Setan.
Mandala yang menginjak usia dewasa, lalu mengembara bersama kakeknya dan bergabung dengan kelompok pejuang penentang penjajah pimpinan Ki Umbul Sawiji yang menyamar sebagai kelompok tukang sulap. Di sana, Mandala dekat dengan Bulan, gadis cantik putri Ki Umbul Sawiji. Sementara itu, Banyu Jogo akhirnya tahu siapa dirinya, lari dari kerajaan Siluman Ular dengan bantuan kekasihnya, Lodara dan Ki Guru Loawu, guru kerajaan. Banyu Jogo ingin mencari orangtuanya, akhirnya menemui berbagai kejadian luar biasa di dunia manusia dan begitu pula dengan Mandala.
Akankah Mandala dan Banyu Jogo bertemu satu sama lain ? Apa yang akan terjadi pada Golok Setan ? Benarkah ramalan bahwa Banyu Jogo kelak menjadi Raja Tanah Jawa ? (Click Sumber)
Versi Yang Lain :
Komik favorit dan punya pengaruh besar dalam kehidupan masa kecil saya adalah serial Mandala karya Mansur Daman yang berinisial Man. Saya kira, serial ini merupakan karya Man yang paling terkenal. Meski ada serial lain, seperti serialBraja, serial Mandala yang juga dikenal sebagai serial Golok Setan yang seringkali diasosiasikan dengan Man. Bahkan banyak teman-teman saya yang menduga Mandalamerupakan alter-ego dari Mansur Daman. Inisial ‘Man’ sempat dikira sebagai kependekan dari Mandala. Dulu saya punya niat untuk menanyakan perihal ini kepada pengarangnya. Sekarang, keinginan bertanya itu muncul kembali.

Karakter Mandala yang berjulukan Siluman Sungai Ular mengambil peran sangat sentral dalam serial itu. Karakter ini sangat kuat dan menggugah para pembacanya. Kisah hidup yang amat tidak biasa, perawakan kekar dengan wajah tampan dan segudang kesaktian yang dikuasainya mencukupi tokoh ini untuk bias menjadi tokoh protagonis yang menarik dan disukai. Belum lagi sifat-sifatnya yang sesuai dengan ideal moralitas kebanyakan pembaca di Indonesia.

Semasa SD, bisa dikatakan Mandala adalah tokoh idola utama saya dan teman-teman. Tepatnya sejak kelas tiga SD. Waktu usia saya 9 tahun, mulai keranjingan komik dan membangun angan-angan berdasarkan komik. Bagi saya waktu itu, daya tarik Mandala, selain kesaktiannya, terletak pada karakternya yang lugas, suka menolong, konsisten, punya prinsip yang dipegang kuat-kuat tanpa harus mengabaikan prinsip-prinsip orang lain. Saya kira hingga sekarang saya masih bertahan dengan penilaian itu dan tetap menyimpan citra Mandala dalam benak untuk dijadikan rujukan saat saya membutuhkannya.

Mandala tampil sebagai pribadi yang mandiri, sanggup menjalani kesendirian sekaligus siap bekerja sama dengan orang lain untuk melakukan kebaikan. Ia tidak mementingkan diri sendiri. Usaha-usaha yang dilakukannya selalu dalam rangka memenuhi kepentingan orang banyak, mencegah kejahatan merajalela, menjaga semesta tetap lestari.

Setelah belajar psikologi, saya memahami Mandala sebagai pribadi yang utuh. Secara umum ia menampilkan ciri-ciri orang introvert tetapi ia juga mampu memanfaatkan berbagai masukan dari luar dirinya. Ia belajar banyak dari orang lain dan sangat terbuka kepada petunjuk-petunjuk positif untuk mengembangkan diri. Ia mampu menggunakan pikiran dengan baik sekaligus berperasaan peka dan peduli kepada orang lain. Ia juga intuitif sekaligus mampu menggunakan pengindraan secara optimal. Saya melihat Mandala sebagai pribadi yang dapat memahami keseluruhan dirinya, baik wilayah kesadaran maupun ketidaksadaran. Mandala menjadi model yang bisa saya rujuk ketika saya berusaha memahami manusia yang berhasil menyadari diri secara menyeluruh.

Tentu saja Mandala masih menampilkan sisi manusiawinya, misalnya ketika ia tak kuasa menahan dorongan birahi setelah minum sejenis obat perangsang sampai melakukan persetubuhan dengan tokoh perempuan (saya lupa nama perempuan ini, Maya atau yang lain). Akibatnya, ia kehilangan kemampuan untuk mengosongkan tubuh dan membagi diri menjadi beberapa tampilan karena dirinya kotor oleh nafsu. Saya kira bagian itu adalah bagian yang sangat mengesankan karena sangat manusiawi. Dorongan seksual merupakan hal yang wajar pada manusia dan pelampiasannya pun bukan hal yang perlu dirisaukan.

Masa kecil Mandala adalah petualangan unik dan menakjubkan buat saya waktu itu. Sebagai anak usia 10 tahun, saya terkagum-kagum membaca kisah Mandala di negeri Siluman. Sejak dalam episode Golok Setan, Selendang Biru,Siluman Sungai Ular hingga Pedang Sutra Ungu, saya terpukau oleh ‘dunia lain’ yang bernama dunia siluman. Dunia siluman menjadi bagian dari pembicaraan saya dan teman-teman, menjadi bagian dari angan-angan kami, bagian dari rencana-rencana hidup kami. Dalam wawasan kami waktu, dunia siluman seolah-olah sungguh-sungguh ada. Beberapa teman berkali-kali memimpikan Ratu Buaya Putih, juga dayang-dayang negeri siluman yang aduhai. Ada juga teman yang mencari-cari tahu di mana gerangan pintu masuk ke dunia siluman. Mereka ingin bertualang ke sana.

Pertarungan Mandala dan Banyu Jaga adalah adegan yang menyedihkan buat saya. Mengikuti kisah hidup mereka berdua sejak balita dalam Golok Setan,Selendang Biru dan Siluman Sungai Ular menumbuhkan kepedulian kepada kedua tokoh ini, juga kepada Bulan, saudara kembar perempuan Banyu Jaga. Ada harapan saya bahwa mereka akan jadi pendekar-pendekar pembela kebenaran. Ketika saya diyakinkan oleh Man bahwa Banyu Jaga adalah manusia yang rakus dan tak bisa diubah jadi orang baik lagi, saya mulai merasakan kesedihan. Waktu itu, rasanya seperti kehilangan teman. Saya bersimpati kepada Mandala yang berusaha mengingatkan saudara angkatnya itu untuk membuang keserakahan dan ambisi berkuasa yang kelewat batas. Saya ikut merasakan berat dan sedihnya Mandala ketika harus bertarung dengan Banyu Jaga dan akhirnya membunuh Siluman Buaya Putih itu dengan Pedang Sutra Ungu yang sebelumnya melelehkan sepasang golok setan di tangan Banyu Jaga. Saya menyesalkan kenapa Banyu Jaga terlalu sombong. Mengapa ia tidak berteman saja, bersaudara baik-baik dengan Mandala? Sampai sekarang saya masih merasakan kemuraman yang dimunculkan oleh adegan pertarungan yang mematikan itu.

Lepas dari negeri siluman, Mandala berkelana. Ia bertemu dengan Barata (atau Batara?), seorang pendekar bertangan buntung yang ternyata punya hubungan kerabat dengan Si Siluman Sungai Ular. Kesan saya, Barata diperlakukan sebagai bapak oleh Mandala dan Mandala diperlakukan sebagai anak oleh Barata. Mandala belajar banyak dari Barata, baik ilmu silat maupun pemahaman tentang hidup. Dalam pemahaman saya, pertemuan dengan Barata merupakan satu titik penting bagi pembentukan identitas diri Mandala secara lebih utuh. Bekal dari Barata menjadi pegangan penting buat Mandala.

Kisah-kisah petualangan Mandala dalam Bulan Kabangan, Iblis Marakhayangan, Bidadari Mata Elang, Iblis Seribu Muka, dan Titisan Dewa Petir merupakan pemantapan Mandala sebagai pendekar, dan terutama sebagai manusia. Dalam salah satu episode itu Mandala kehilangan keperjakaannya dalam persetubuhan yang tidak sepenuhnya disadari tetapi, saya kira, sepenuhnya dinikmati. Mandala juga sempat jatuh cinta dan mengalami konflik yang akhirnya diselesaikan dengan pilihan tetap jalan sendiri mengarungi kehidupan.

Selain Barata, Mandala juga banyak belajar dari Kupra alias Laot. Persahabatan Mandala dengan lelaki kurus yang punya jurus pukulan ampuh ini secara tidak langsung menjadi ajang pembelajaran bagi Mandala. Tokoh Kupra ini juga berkesan buat saya. Waktu itu, tubuhnya yang kurus mirip dengan tubuh saya yang juga kurus. Saya mendapat inspirasi dari Kupra bahwa orang kurus juga bisa jago silat. Persahabatan Mandala dan Kupra juga memberi pelajaran tentang arti sahabat dan seluk-bekuk persahabatan kepada saya waktu itu.

Bagi saya, mengenang kembali kisah Mandala seperti mengenang kembali masa kecil saya. Saya temukan bahwa beberapa prinsip yang saya pegang, bagaimana menjaga komitmen dan bagaimana belajar tentang hal baru saya peroleh dari hasil pembacaan terhadap kisah Mandala. Kisah Mandala dan pengalaman membacanya merupakan salah satu bagian indah dalam hidup saya. Sambil menulis artikel ini, rasa kangen tumbuh makin besar dan besar untuk membaca kembali serial komik itu. Saya merindukan kenikmatan membaca, merindukan kenikmatan mengikuti serpak-terjang Mandala. Saya juga merindukan masa kecil saya. (Click Sumber)