Kamis, 22 April 2010
GARENG KESASAR JILID DUA
Pagi harinya, Petruk dan Bagong akhirnya berangkat juga untuk menempuh perjalanan ke Surabaya. Mereka harus menempuh perjalanan ke luar desa dengan berjalan kaki terlebih dahulu menuju desa seberang sebab desa mereka masih belum dapat dilewati kendaraan bermotor.
Kalaupun ada, itu hanya beberapa gelintir orang saja yang memilikinya dan harus bersusah payah untuk dapat melewati jalanan desa yang memang masih berupa area persawahan warga desa Karang Tumaritis.
Sedangkan desa seberang, yakni desa Randu Sewu yang dekat dengan pusat ekonomi warga desa (pasar), sudah banyak warga yang telah mampu memiliki kendaraan beroda empat, hal ini membuat perekonomian desa Randu Sewu cepat berkembang pesat.
Dengan berbekal seikat jagung yang dipikul dengan tongkat oleh Petruk, mereka berdua dengan langkah mantap akan pergi ke Surabaya untuk menjemput kakaknya.
Dengan mata yang berbinar-binar karena ingin segera tahu bagaimana wajah kota Surabaya, Petruk dan Bagong sambil tersenyum simpul menjawab setiap sapaan beberapa warga desa yang di kenalnya ketika dalam perjalanan menuju desa seberang.
Beberapa kawan mereka seperti Mbilung, Togog, Lembuk dan masih banyak lagi yang mereka temui diperjalanan ketika berpapasan di area persawahan desa berharap agar si-Gareng kakak mereka segera dapat ditemukan.
Dan tak juga sedikit para pemuda yang masih ogah-ogahan pergi ke sawah/ladang karena senang bermalas-malasan sambil berongkang-ongkang kaki di warung kopi mencibirkan bibir melihat Petruk dan Bagong akan ke Surabaya.
Tak terasa perjalanan kaki Petruk dan Bagong telah sampai di ujung perbatasan desa seberang. Nampak oleh mereka lalu-lalang warga desa Randu Sewu dan sekitarnya yang cukup ramai mereka temukan sepanjang perjalanan memasuki desa tersebut.
Tujuan Petruk dan Bagong memasuki desa tersebut cuma satu, agar mereka segera dapat menumpang salah satu kendaraan beroda empat yang parkir berjajar-jajatr di sekitar depan pasar desa andu Sewu. Mereka berdua masih harus dengan sabar para buruh kuli angkut yang hilir mudik menaikkan segala macam jenis hasil panenanwarga desa yang akan diangkut ke kota untuk dijual.
Bagong yang agak kurang sabaran mendekati bebrapa sopir truk yang lagi enak-enakan bermain catur di sebuah warung kopi.
Bagong :
"Masih lama Kang truknya berangkat ?!"
Mendengar pertanyaan yang begitu tiba-tiba dari Bagong, salah seorang sopir yang bermain catur itu dengan seenaknya.
Sopir :
"Yaa.., masih lama....!! N'tar kiamat baru diberangkatkan ... !!"
Hal ini membuat orang-orang yang ikutan menonton permainan catur itu kontan tertawa. Membuat Bagong menjadi salah tingkah.
Sopir :
"Hus..., sana pergi sana !! Anak kecil kok pagi-pagi ke pasar ...!!
Sana pergi ke sekolah sana ...!! Usir sopir yang satunya yang menyangka Bagong seorang anak kecil.
Pemilik Warkop (Warung Kopi):
"Ayoo... tole jangan mengganggu yaa ..!!
Pergi sana nanti dicari bapak-ibumu ayoo... !!"
Bagong hanya dapat diam terbengong sambil ngeluyur keluar dari beranda warkop sebab merasakan dirinya seakan diusir mentah-mentah oleh penjaga warkop itu sendiri karena dipikir dirinya masih anak kecil.
Memang tubuh Bagong itu sendiri kecil, bulat seperti angka nol kalau dilihat dari jarak 5 meteran. Banyak orang yang tak mengenalnya menyangka ia seperti anak kecil.
Kembali Bagong menuju ke arah Petruk yang duduk berselonkor kaki sambil menyedot rokok lintingan daun jagung, istirahat berkipas-kipas kepanasan dengan topinya di bawah pohon jeruk purut yang ada di dekat pasar.
Bagong :
"Aku diusir Kang...!!" Adu Bagong kepada kakaknya.
Petruk :
"Diusir kena apa ... ?!" Tanya Petruk dengan santai sambil kembali menyedot rokoknya.
Bagong :
Yaa.. diusir ama sopir dan penjaga warung kopi pojok itu Kang ...!!"
Petruk :
"Mengapa kamu ke sana ...!!" Menanggapi aduan Bagong sambil lalu karena asyik menikmati rokoknya.
Bagong :
"Aku haus kang..., ingin beli es temulawak di sana ...!!
kulihat ada para sopir truk lagi main catur yaa coba kudekati...!!
Lalu aku coba bertanya ...!!"
Petruk :
"Bertanya apa kamu kok sampai diusir mereka ?!" Tanya Petruk mulai mengerti arah aduan si-Bagong.
Bagong :
"Aku tanya..., kapan truk-nya berangkat..., cuma itu saja !!" Jawab Bagong sambil ikutan duduk n'delosor dekat Petruk.
Petruk :
"Memang begitu ...!!"
Bagong :
"Begitu apanya Kang Petruk ... ?!" Tanya Bagong tak mengerti.
Petruk :
"Yaa... begitulah sikap orang yang sudah luas pengalamannya ...!!
Mereka itu luas pergaulannya, sudah berpengalaman ke luar-masuk desa dan kota besar sehingga terpengaruh sikap dan perilakunya sebanyak yang ia dapatkan dari pengalamannya itu ...!! Jadinya yaa... selalu meremehkan orang yang dianggap remeh seperti kamu ini...!!" Jawab Petruk berputar-putar membuat Bagong tambah tak mengerti.
Bagong :
"Ah...!! Masa bodoh aku tidak mengerti maksudmu kang Petruk ?!"
Petruk :
"Orang udik seperti kita ini..., yang selalu jadi pandangan remeh bagi orang-orang yang merasa sok- ke-kota-kota-an seperti mereka ...!!" Sahut Petruk.
Bagong :
"Lho ..., desa ini khan juga udik Kang ?!"
Petruk :
"Memang.., desa ini masih dibilang udik...!! Tapi orang-orangnya yang nggak mau dibilang begitu...!! Karena mereka kebanyakan sudah menganggap dirinya layak seperti orang kota !!"
Bagong :
"Kok bisa begitu Kang ...!"
Petruk :
"Yaa iyaa lah...!! Mereka itu sudah berpengalaman ke luar masuk kota besar. Apalagi Surabaya, Malang, Madiun..., dan lain-lain. Sehingga pengalaman mereka di bandingkan dengan warga desa kita yang hanya seberapa gelintir saja yang merantau cari pekerjaan ke kota sangat jauh...!!"
Bagong :
"Ngeeng ..., begitu rupanya..."
Petruk :
"Coba kamu lihat itu ...!! Listrik sudah masuk ke desa ini...!! Pasar yang besar dan ramai...!! Jalanan desa yang cukup luas untuk dilewati kendaraan bermotor...!!
Para warga sekitar pasar mata pencariaannya tak hanya bertani..., tapi juga diselingi dengan dagangan kecil-kecilan seperti itu ...!! Ini membuktikan bahwa desa ini sudah maju dan hidup perekonomian warganya...!!
Bagong :
"Oh..., iya...iya...!!"
Petruk :
"Coba..., kamu bandingkan dengan desa kita yang ada di seberang sungai itu...!!
Desa kita masih murni hidup tergantung pada tanah ...!! Listrik belum ada ...!! Jalanan becek akibat masih berupa tanah bekas sawah ...!! Penjual kebutuhan hidup sehari-hari cuma hanya satu... dua saja. Itupun buka tutup...tergantung persediaan dagangan...!! Televisi yang dimiliki warga cuma pak Lurah saja yang punya...!! Apa bisa disebut desa maju ...?!"
Bagong :
"Iya.. ya...!!"
Petruk :
"Sekolahan-pun cuma SD itupun hampir ambruk bangunannya di makan rayap...!!
Gurunya angin-anginan datang ke sana karena cuma satu dua gelintir anak yang mau sekolah ...!! Mana bisa dibilang maju...!! Lha wong warga desanya aja nggak suka anak-nya pergi sekolah mencari ilmu...!! lebih baik mereka disuruh membantu menggarap sawah...!!"
Bagong :
"Wah..., Kang Petruk kok ngerti hal beginian yaa..., dari mana Kang ?!"
Petruk :
"Kang Petruk gitu lho...!! Dibilang pinter yaa cuma tamatan SD...!! Tapi Kang Petruk gemar mendengarkan siaran radio kuno milik Romo Semar tiap malam...!!
Yaa..., sedikit banyak dapat tambahan wawasan dan pengetahuan Gong !!"
Bagong :
"Benar juga Kang...!!"
Tak terasa sinar matahari sudah cukup terik,dan truk yang telah diisi hasil panenan warga desa bersiap-siap untuk diberangkatkan oleh sopirnya, membuat obrolan Petruk dan Bagong di bawah jeruk purut itu dihentikan, karena mereka harus bergegas ikut menumpang salah satu truk angkutan hasil bumi itu ke kota....
BERSAMBUNG KE : GARENG KESASAR JILID TIGA