Jumat, 10 Juni 2011

SI PITUNG DRAMAKOE....


Kegiatan : Drama Sekolah
Jenis : Campur Sari
Momen : Pelepasan Siswa Kelas VI Tapel 2006-2007
Tema : Si Pitung


Scene 1 : Markas Kompeni
Suasana : Siaga
Music : Genderang Perang
----------------------------------------



Kopral Bejo : “….. E hem ! Huk.. huk…huk !!”
Jaga lagi… jaga lagi….
Ikut Kompeni sudah hampir enam tahun kok nasibku tetap saja melarat….
Setiap hari di suruh jaga…jaga terus…….
Gua disuruh jaga siang dan malem… eh…orang-orang Belanda
pada enak-enak tidur molor seperti kathok kolor.....
Dulu aku pernah dijanjiin sama Kompeni….
Bila ikut dan mengabdi pada Belanda akan dikawinkan oleh nonik-nonik Belanda. Lalu kapan….. kapan….?!”

Kopral Parmo : “…… Hey…. Londo Ireng….!!
Jaga…. kok ngomel aja…..
Ntar… kesurupan Mak Lampir baru tahu rasa… !!

Kopral Bejo : “ Hus….!! Ngomong apa kamu Parmo….!!
Panggil orang kok londo ireng….
Kamu sendiri londo apa….?!

Kopral Parmo : “Aku khan londo asli….Djo…!!”

Kopral Bejo : “Asli apanya……
Londo kok lorek seperti tekek gitu….!!”

Kopral Parmo : “Hehehe……….!!”

Kopral Bejo : “Ngomong-ngomong pada kemana nich bule-bule kompeni itu?

Kopral Parmo : “Apa situ nggak tahu kabar….djo!!
Mereka sedang patroli ke desa-desa untuk mencari Si Pitung…!!

Kopral Bejo : “Emangnya Si Pitung punya utang kriditan ama Kompeni……?”

Kopral Parmo : “Kamu semakin hari…kok tambah semakin goblok……aja djo!!
Makanya sering baca koran dong kamu djo……..
Jangan urek-urek tombok-an aja…..!!”

Kopral Bejo : “Tombok-an udelmu bodong mo…..!!”

Kopral Parmo : “Si Pitung dicari-cari Belanda gara-gara ia selalu melindungi dan melawan Kompeni. Pitung berani menghalang-halangi kompeni dalam menarik pajak
Pada penduduk desa…!!”

Kopral Bejo : “Berani sekali dia……
Anak siapa sih dia itu mo….??”

Kopral Parmo : “Ya..anak orang djo….!!
Masa anak gendruwo……!!”

Kopral Bejo : “Eh…., barangkali anaknya emakmu….mo !!”

Mener : “Kopral……!!”

Kopral B+P : “Siaaap….mener…..!!”

Mener : “Overdoses…….!!
Kamu orang jaga markas apa jagongan he !!
Pringas…pringis kayak si-Tokol… he….!!
Apa kamu orang tidak tahu he….!!
Kompeni pada sibuk cari itu orang yang bernama Pitung…he!!
You malah enak-enak medongkrong sambil makan singkong…!!
Overdoses….!!”

Kopral Bejo : “Habis lapar Mener….!!”

Mener : “Overdoses….
Lapar… lapar…memang kamu orang pada gragas semua….he!!
Masa supermi sepuluh kerdhus kamu orang sikat habis…
Kamu itu orang apa tikus…he!!
Ikut kompeni harus kerja yang betol….
Nanti bayaran kamu orang akan dinaikan he….!!

Kopral Parmo : “Bayaran saya bulan kemarin belum diberi Mener…!!

Mener : “Overdoses…..
Kamu orang belum bayaran……
Aku tidak percaya sama kamu orang… !!
Lihat ini he…..!!
Catatan ngebon kamu panjangnya kayak sepoor…!!”

Kopral Parmo : “He..he…he…., lupa mener….!!

Mener : “Lupa gundulmu….he!!”

Letnan O’on : “Lapooor mener…..!!”

Mener : “Ada apa kamu orang kok bedigasan masuk markas he…!!”

Letnan O’on : “Si….si….si……….!!”

Mener : “Hus… Overdoses…..!!
Laporan yang benar kamu orang he….!!”

Letnan O,on : “Pi…pi…pitung….mener !!”

Mener : “Ada apa dengan pitung letnan ?”

Letnan O,on : “Sipitung mengamuk…..mener….!!
Anak buahku banyak yang jadi korban….mener…!!

Mener : “Overdoses…..
Berani sekali pitung kembali masuk desa he….!!
Kamu orang apa tidak bisa menangkapnya he….!!”

Letnan O.on : “Kami sudah sekuat tenaga ingin menagkapnya mener…
Tapi dasar sipitung aja yang licin seperti belut mener!!”

Mener : “Overdoses……
Dasar kamu orang memang tidak becus…..he!!
Kamu orang londo goblok…he!!
Bisamu orang cuma habisin beras dalam lumbung aja he…..!!”

Letnan O’on : “Maafkan kami mener…..?!

Mener : “Sekarang ada di mana itu orang bernama pitung he….?!

Letnan O’on : “Tadi kami bentrok di depan rumah kyai Sableng mener…!!”

Mener : “Kyai Sableng…..
Overdoses…., jadi itu kyai Sableng ikut-ikutan mendukung si pitung he…!!”

Letnan O’on : “Benar mener…!!
Si Rokhaye anak kyai Sableng khan pacarnya si pitung mener…!!”

Mener : “Apa arti itu pacar …he letnan !!”

Letnan O’on : “Pacar itu sama dengan tunangan kalau di Nedherlans sana
mener!”

Mener : “Kalau begitu…., kamu orang ikut aku semua……
Tangkap itu orang yang punyanama Pitng di rumah kyai Sableng!”

Semua : “Siap mener……!!”

Scene 2 : Rakyat Desa
Suasana : Ketakutan
Musik : Pedesaan
---------------------------------------------

Mbok Yem : “Pak….., pak…., pak Karto !!
Dimana sih orang ini….. Dicari dari tadi kok tidak ada….
Sudah kucari di sawah….nggak ada…!!
Kucari di empang juga nggak ada….!!
Barangkali dia sembunyi di kolong tempat tidur ya…?!
Maklum… dia khan banyak utangnya ama tukang kridit…..
Tiap hari kerjanya sembunyi melulu…..!!
Pak…., pak……pak-.nee….!!

Pak Kerto : “Ada apa sih bu.-ne…!!
Kudengar dari tadi kok berteriak-teriak memangilku terus……!!
Apa kau kira aku ini sudah budeg ya….!!”

Mbok Yem ; “Habis dari tadi dipanggil nggak ada sahutan sama sekali….
Emangnya lagi apa kamu pak-ne….?!”

Pak Kerto : “Apa kamu nggak tahu bu-ne……
Kompeni sedang marah besar pada penduduk desa ini…..!!”

Mbok Yem : “Memangnya salah apa penduduk desa ini pada mereka pak-ne ?!
Pada hal kita selalu membayar pajak pada mereka…..!!”

Pak Kerto : “Memang sebagian penduduk dusun kita taat membayar pajak…
Tapi di dusun-nya si-Pitung mereka pada mogok membayarnya !!”

Mbok Yem : “Siapa pak-ne….si Pitung ….?!
Berani sekali dia melawan kompeni pak-ne….”

Pak Kerto : “Iya …., siapa lagi kalau bukan Pitung-nya wak Mbrok... bu-ne!!
Pemuda dusun sebelah yang sangat pemberani….!!”

Lurah : “Assalamu ‘alaikum…..!!”

Kerto/Yem : “Wa-alaikum Sallam…..!!”

Kerto : “Oh…., pak Lurah……
Mari-mari silakan masuk……!!
Ada apa kok kelihatannya pak Lurah terburu-buru…..??”

Lurah : “Kerto…., apa kamu tidak dengar kabar……
Kompeni marah-marah……
Mereka menembak penduduk yang membangkang tidak mau Membayar pajak…..
Mener Van Heyne sudah gelap mata…., seperti orang yang telinganya
kemasukan orong-orong…!!
Semua penduduk desa digeledah…….
Siapa yang berani menyembunyikan si-pitung ikut dibrantas…!!”

Mbok Yem : “Aduh…., bagaimana ini pak-ne……??”

Kerto : “Tenang….tenang mbok-ne…jangan membuat aku jadi takut….
Bagaimana ini pak lurah…., apa kami harus mengungsi…..?!”

Lurah : “Terlambat Kerto……, kompeni sudah ada di depan rumahmu…
Lihat itu kerto….. Mener Van Heyne matanya melotot sampai
hampir copot…., ayoo…lari Karto…..!!”

Mbok Yem : “Aduh…., aduh…. Pak-ne, ayo kabur pak….aku sangat takut….!!”

Mener : “Overdoses……..!!
Kamu orang mau lari kemana he….!!
Jangan harap kamu orang dapat lari dari sini he…..!!
Ayo Letnan tanya pada mereka…….!!”

Letnan O’on : “Hey kecoak-kecoak ndeso…..!!
Apa kalian tidak tahu di mana si-Pitung sembunyi hah….!!”

Karto/Yem : “Kami ti…ti…dak ta…hu… tu….tu…aaan…ampun….!!”

Letnan O’on : “Jangan bohong sama kompeni kamu hah…..!!”

Kerto : “Ampun…..tuan…., kami benar-benar nggak tahu itu orang….!!”

Mener : “Overdoses……!!
Dasar kamu orang tikus-tikus gudiken…..!!
Berani-beraninya bohong….. Overdoses…….!!’

Mbok Yem : ‘Ampun tuan….., jangan tendangi suami saya…..
Kasihani dia tuan…….!!”

Mener : “Dasar tua bangka overdoses……!!
Biar kamu orang jadi rondo kempling he……!!”

Mbok Yem : “Ampun tuan….., kami benar-benar tidak tahu …..!!”

Letnan O’on : “Bangsat……., masih juga berbohong kamu orang hah…..!!”

Cipluk : “Angan….angan….angan akiti emak-cu………!!”

Mener : “Overdoses…..!!
Siapa kamu orang….., bayek-bayek sudah berani melawan….!!”

Karto : “Ampuni dia tuan, jangan sakiti anak kami……!!”

Letnan : “Hahaha……., hehehe…….
Kalian ini sudah pada tua….., tapi kok masih punya anak sekecil
Ini he….!!

Kopral : “Hahahaha……, nemu anak jin barangkali Letnan….haahaaha !!”

Letnan : “Hus…… diam….!!
Hei bocah tengik….., siapa namamu he…?!”

Cipluk : “ama-ku….ama-ku….Cipluk…..om….!!”

Letnan : “Anak pintar…..
Cipluk….., apakamu tahu dimana sembunyinya si Pitung hah ?!”

Cipluk : “Ciapa…..ciapa…..om……?!”

Letnan : “Namanya si-Pitung…….nggooook….!!”

Cipluk : “Ciapa…..si-Buntung……?!”

Mener : “Overdoses…….!!
Dasar anak tuyul…….!!”

Letnan : “Bukan si-Buntung….., tapi si-Pitung……!!
Dasar anak setan….!!”

Cipluk : “Oh…., mbang Itung…..!!
Acu…..acu ….acu……..cau……om… !!
Mbang Itung….embunyi die bun ebu……..!!”

Letnan : “Hahaha….., anak pinter……!!
Nanti om beri hadiah ya………, es jusss…..!!”

Mener : “Dimana itu Pitung sembunyi Letnan……?!’

Letnan : “Dia sembunyi di kebun tebu mener…..!!”

Mener : “Overdoses…….
Kalau begitu…., siapkan pasukanmu Letnan……!!
Kita grebek itu sarang penyakit…..!!”

Letnan : “Siap….Mener….!!
Pasukan siap…………grak…!!”

Kopral : “Siap…………!!”

Letnan : “Ayo berangkat……….!!”
Scene 3 : Kebun Tebu
Suasana : Tegang
Music : Pedesaan
----------------------------------------------

Pitung : “…hm!! Sudah jam segini rokhaye kok belum juga datang ya…
Biasanya ia selalu tepat waktu untuk membawa kiriman makan…
Aduh….perutku sudah terasa sangat lapar sekali……
Apalagi ini cacing dalam perut……
Tidak mau diajak kompromi…..selalu unjuk rasa tidak mau menunggu
barang sebentar…..!!”

Nonik : “Hallo…. Apa kabar abang Pitung…..
Ngapain abang Pitung cengar-cengir sambil memegangi perut ….
Apa perut bang pitung sakit ??”

Pitung : “Hm…., bukankah anda putrinya Mener Van Heyne…..
Ada perlu apa anda kemari….??”

Nonik : “Sudah lama Ike mencari bang Pitung…..
Kesana-kemari tidak pernah ketemu……
Eh…., ternyata bang Pitung sembunyi di sini……
Apa bang Pitung sedang mempelajari ilmu garangan….
Kok sembunyinya direrumbutan kebun tebu…..?!”

Pitung : “Ah…., anda bisa saja bercanda nonik.
Disini aku merasa aman dan tidak terganggu dari kejaran para begundal kompeni…..!!
Lalu….., Nonik sendiri ngapain mencari-cari aku ?!”

Nonik : “Terus terang……
Sejak lama Ike sangat kagum akan keberanian abang Pitung…
Abang Pitung sangat pemberani membela rakyat kecil desa ini
dari kekejaman Papaku….!!”

Pitung : “Ah….., nonik terlalu banyak memuji…..
Memang suatu keharusan bagi kami murid Kyai Sableng untuk
selalu membela rakyat kecil dari kekejaman kompeni…!!”

Nonik : “Mulia sekali hati bang Pitung…..
Karena itulah semakin hari Ike semakin kagum sama kamu bang!”

Pitung : “Maksud Nonik…..??”

Nonik : “Ike merasa….., Ike telah jatuh cinta kepada bang Pitung….!!”

Pitung : “Apa….!! Nonik jatuh cinta padaku……
Tidaklah pantas bagi anda untuk mencintai aku …..
Derajat kita sangat jauh berbeda……..
Anda seorang putrid penguasa kompeni…., sedangkan aku….
hanyalah seorang pribumi biasa….!!”

Nonik : “Bukankah persamaan derajat antar bangsa itu yang abang Pitung perjuangkan.. Jadi…., tidak perlu abang Pitung merendahkan diri……
Derajat Ike ama darajat abang Pitung adalah sama !!”

Pitung : “Bukan itu maksud saya……
Aku tidak dapat menerima cinta Nonik…..!!”

Nonik : “Apa Ike kurang cantik……..
Apa Ike kurang manis………
Apa Ike kurang bahenol bagi Pitung…..?!”
Pitung : “Bukan itu….
Sekali lagi aku minta maaf padamu……
Karena aku telah memiliki seorang kekasih…..
Rokhaye namanya putri guruku sendiri……..!!”

Nonik : “….jadi….,jadi abang Pitung sudah memiliki seorang kekasih…..?!”

Pitung : “Benar…..!!”

Rokhaye : “Assalamu a’laikum !!”

Pitung : “Wa ‘alaikum sallam !!
Kamu Rokhaye……, kok lama sekali…..
Perutku sangat lapar sekali…..
Mana pesananku kemarin…..?!’

Rokhaye : “Habis …. Penjagaan kompeni sangat ketat bang…..
Sehingga aku harus mencari jalan memutar ke kebun ini…..
Ini bang…….nasi liwet dan sambal ikan klitok pesanan abang !!
Ngomong-ngomong….Siapa dia ini bang……?!’

Pitung : “Oh…iya hamper lupa……
Dia ini Nonik putrinya Mener Van Heyne…..!!”

Nonik : “Jadi ini orang yang namanya si-Rokhaye bang Pitung !!
Wah…., cantik sekali………
Makanya abang sangat mencintainya…..!!”

Rokhaye : “Ah…., Nonik berlebihan kalau memuji……
Ada keperluan apa anda datang ke tempat yang kotor ini….?/”

Nonik : “Ike datang kemari untuk memberitahukan bahwa Papa dan
Anak buahnya sedang melalukan operasi pembersihan mencari
Abang pitung hidup atau mati…..!!”

Rokhaye : “Mengapa anda memberitahukan hal ini…..
Itu bebarti anda telah membantu perjuangan rakayat desa ini…
Dan anda telah melawan kompeni….?!”

Nonik : “Ike berani menanggung resiko……
Biar Ike mati sekalipun….., Ike tetap mendukung perjuangan
Rakyat desa ini dari penindasan kompeni….!!”

Mener : ‘Overdoses……!!
Rupanya kalian sembunyi di sini…..
Dasar para cecorot…….
Beraani-beraninya kalian membangkang dan melawan kompeni….!!”

Letnan : “Apa perlu saya tembak mati mereka Mener…..!!”

Nonik : “Papa…..!!
Papa jangan bertindak kejam pada mereka…..
Mereka melawan itu karena merasa tidak kuat lagi menerima
kekejaman Papa…..!!

Mener : “Overdoses…..
Tutup mulutmu…….
Ngapain kamu blakrak-an ke tempat ini…..
Bukankah tugasmu hanya belajar di rumah…..
Dasar anak kurang ajar kau ini…..!!”

Nonik : “Percuma Ike sekolah sampai tinggi…..
Yang nantinya Ike hanya mewarisi kekejaman Papa saja…..!!
Ike dilahirkan di tanah ini ini Papa…..
Ike makan dan minum di tanah ini Papa…..
Hati Ike sudah menyatu dengan tanah ini Papa…..
Inilah tanah air Ike……..!!”

Mener : “Dasar anak tak tahu diuntung……
Overdoses……, lebih baik you pulang aja ke Holland sana saja…!! Percuma saja Papa punya putri yang hanya membangkang perintah Papa!!”

Letnan : “ee…..Mener…..!!
Barangkali putri anda minta dirabek-no…..!!”

Mener : “Apa itu dirabek-no …..Letnan ?!”

Letnan : “itu artinya….,putri Mener minta dikawinkan…..
Biar tidak blakrak-an saja kerjanya…….!!”

Mener : “Sama siapa letnan….??”

Letnan : “Yang paling pantas ya….sama Ike orang Mener….hehehe…..!!”
Nonik : “Dasar Letnan blo-on…
Nggak sudi Ike dikawinkan sama kamu orang…..!!”

Letnan : ‘Apa Ike kurang cakep…nonik……?!
Kata orang-orang Ike-khan mirip seperti David Becham……!!”

Nonik : ‘Memang sangat mirip….Letnan….
Tapi ….., lebih mirip sama itu monyetnya David becham….!!”

Kopral : “Hahahaha……memang mirip sekali !!”

Letnan : “Hus……., pada tertawa menghina kalian…………
Apa kalian mau saya suruh push up sepuluh ribu kali……he !!
Biar tulang belulang kalian mrotol-li……!!”

Mener : “Overdoses……..!!
Jangan banyak ngomong saja kalian…..
Ayo…cepat tangkap si Pitung !!”

Pitung : “Sekali lagi aku peringatkan…..
Berani maju satu langkah saja……
Bakal copot kepala kalian…….!!”

Kopral : “Waduh……..!!
Bagaimana ini….., sego rawon masih enak …..!!’

Letnan : “Dasar pengecut…..!!
Ayo maju serang si Pitung….kopral……!!”

Pitung : “…….hahahaha………!!”
Dari pada tidak ada yang berani maju…..!!
Lebih baik aku tunggu kalian di pasar desa……!!”

Mener : “Overdoses……
Mengapa kalian biarkan si Pitung melarikan diri ha…..!!”

Letnan/kopral : ‘Habis kami takut ditebas ama goloknya mener……!!”

Mener : “Dasar Londo goblok semua kalian……
Ayo…..cepat kejar dia……!!”

Scene IV : Pasar Desa
Suasana : Hiruk-Pikuk
Music : Prau Layar
---------------------------------
Bok Bariah : “Jak…rujak……!!
Rujaknya mas……, monggo mampir…….
Jak-.rujaknya enak sekali…….
Rujak petis……dapat membikin orang meringis…..
Rujak manis….., bikin orang tak-khan menangis…..
Rujak ulek mas….., bikin orang sembuh dari pilek….
Rujak Cingur mas….., bikin orang tak pernah ngluyur….
Bo…abo…..!!
Sudah ditawar-tawarkan ter-muter dari pagi….
Kok….tak ada orang yang mau mampir membeli……
Bo…abo…..!!
Yang mampir kok malah laler….clok-menclok terus….!!”

Mbok Yah : “Hus…..!! Dagang kok ngomel terus…….
Mana mau datang itu rejeki…….
Kalau dagang harus sabar…..Bok.!!
Barangkali rujakmu itu kurang enak….. bok !!
Rujak kok petisnya selalu dicampuri formalin .…..!!”

Bok Bariah : “Bo…abo !! Ngocak apa sampeyan…….Yah !!
Be-en kok ngocak sembarangan……..
Nggak mungkin rujak engkok…dicampur formalin….tak iye
Jok cem-macem sampeyan……
Opo sampeyan kepingin ketiban gelungan engkok….!!”

Mbok Yah : “Nggak sudi aku ketiban gelunganmu Bok…..
Lha wong gelunganmu tumo-ne gedhene sak kecoak-kecoak ngono…..!!”

Bok Bariah : “Bo….abo !! Sampeyan jualan dawet ter-muter yoo nggak yu-payu….tak-iye
Ngono kok ngenyek rujak-ku….!!”

Mbok Yah : “Sopo sing ngomong….dawetku nggak payu…..
Sorry djoo…., sing tuku mau isuk podho antri
Dowo-ne antrian sampek teko balai desa…..!!
Opo meneh wingi……sing tuku podho rebutan…..Yah !!
Yel-uyelan njaluk ngombe dawet sing enak Yah…..!!”
Bok Bariah : “Bo…abo !! Seneng nggedhabrus……bei sampeyan……!!
Wet-dawet koyok kora-kora-an nngono bei kok enak…….
Sing tuku bei….padha goblok……tak iye !!”

Mak Tun : “Oaalaaah…….!!
Sampeyan kabeh iki dhodholan opo eker-eker-an wae see…..!!
Tak rungok-no soko kadho-an swarane pating jemlerit…….!!
Opo sampeyan ora isin tah….dirungono wong sak pasar !!”

Bok Bariah : “Bo..abo…..!! Konco sampeyan iki sing we-gawe perkoro dhisik !!
Ko-teko wis….ngulokno jak-rujak engkok dicampur formalin….tak-iye !!”

Mak Tun : “Yo…wis…., ora usah digawe gedhe…..
Saiki sing podho rukun… ora perlu geger-an wae……
Sesama pedagang pasar harus saling menghormati…..
Lak kadhos ngoten pituture wong tuwo rumiyen……?!”

Semua : “Ngge leres………...!!
Iyoot tak- kanak…….!!”

Kopral Parmo : “Bubar…..bubar……!!
Ayo pada bubar semua…..!!
Pasar mau ditutup………..!!”

Mak Yah : “Ampun ndoro…tuan……..
Jangan ditendangi dagangan kulo…..!!”

Bok Bariah : “Iyoot ……. ampun ro-ndoro londo…..
Jak-rujak engkok jok did ok-sadok……
Isok lat-mencelat iku leg-uleg….engkok !!”

Letnan : “……mana si-Pitung……??
Sembunyi di mana dia orang hah…..!!
Cepat beritahu…….!!”

Mak Tun : “Ampun ndoro Kompeni……
Dari tadi kami tidak melihat si Pitung…..!!”

Mak Yah : “Benar ndoro……
Yang kelihatan tadi si-Pincang yang lagi ngejar layangan…ndoro…!!”
Mener : “Overdoses…..!!
Bakar saja pasar desa ini Letnan…..!!
Biar itu orang bernama Pitung keluar dari persembunyiannya….!!”

Bok Bariah : “Ngan-jangan ndoro tuan…..
Kalau pasar diobong….engkok jualan kemana tak-iye….!!”

Letnan : “Ya…kalian jualan di pinggir larak-an sana….!!”
Mener : “Overdoses……
Jangan banyak cingcong aja kamu Letnan……
Cepat bakar itu pasar……!!”

Pitung : “Tidak perlu kalian bakar pasar ini…..!!
Aku siap menghadapi kalian semua…….!!
Cepat kalian tinggalkan tempat ini mbok…..!!
Biar hari ini aku habisi semua kompeni goblok ini….!!”

Semua Kompeni : “Hah….!! Pituuung……..!!”
Mener : “Ayo…..cepat tangkap dia…..!!”
Kopral : ‘Ayo…..kepruk saja dia…..!!”
Letnan : “Bacook…….Si pitung…!!


Maka terjadilah pertarungan yang cukup sengit !!
Hingga muncul si Nonik yang mencoba melindungi si Pitung yang akhirnya tertembak ditembus peluru Papanya sendiri……
Dan melihat Nonik tewas di moncong senjata Tuan Mener, maka kalaplah si Pitung hingga ia menyabetkan goloknya ke perut Tuan Mener. Tak lama kemudian ambruklah tubuh si Mener bersimbah darah dan akhirnya tewas.
Melihat Tuan Mener tewas bersama para pengawalnya, para penduduk yang tadinya bersembunyi di sekitar pasar tersebut akhirnya memberanikan diri untuk melihat si Penguasa yang selama ini kejam terhadap mereka.
Tak ketinggalan Kyai Sableng turut serta melihat peristiwa itu dari kejauhan. Dengan tersenyum lembut di matanya tergambar kebanggaan terhadap si Pitung muridnya yang gagah berani dengan mengucapkan syukur kehadirat Tuhan.


Fiktif Narasi
By Soelistijono, S.Pd
Tahun 2007